harapan-pasukan-kurdi-suriah-untuk-dukungan-as-di-era-kedua-donald-trump

reachfar – Kelompok Kurdi di Suriah mengungkapkan harapan untuk dukungan berkelanjutan dari Amerika Serikat (AS) seiring dengan dimulainya masa jabatan kedua Presiden Donald Trump. Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang dipimpin oleh Kurdi, telah menjadi mitra kunci AS dalam perang melawan kelompok teroris ISIS.

Mazloum Abdi, komandan umum SDF, mengucapkan selamat kepada Trump setelah dilantik dan menyatakan harapannya untuk terus bekerja sama dalam mencapai stabilitas, mengalahkan terorisme, dan mendukung perdamaian di Suriah Timur Laut.

Sejak jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad bulan lalu, pasukan Kurdi yang didukung AS menghadapi tekanan yang meningkat dari pemerintah baru di Damaskus dan Turki. Kelompok bersenjata yang didukung Turki juga terlibat dalam bentrokan harian dengan SDF di bagian utara Suriah. Ankara menganggap SDF sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa.

AS memiliki sekitar 2.000 tentara di Suriah sebagai bagian dari misi anti-ISIS. Ketika ditanya tentang rencana penarikan pasukan selama konferensi pers pada 7 Januari, Trump enggan mengomentari strategi militer1.

Menteri Luar Negeri yang baru diangkat, Marco Rubio, menekankan pentingnya terus mendukung pasukan Kurdi Suriah. Ia menyatakan bahwa meninggalkan mitra yang telah berkorban besar dalam menahan para pejuang ISIS akan memiliki implikasi serius.

Para ahli seperti analis urusan Kurdi yang berbasis di Brussels, Hosheng Ossi, berpendapat bahwa AS dan mitranya di kawasan harus melihat SDF sebagai penjaga strategis untuk mencegah Suriah sepenuhnya dikuasai oleh kelompok radikal seperti Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

harapan-pasukan-kurdi-suriah-untuk-dukungan-as-di-era-kedua-donald-trump

Namun, ada kekhawatiran bahwa Trump mungkin akan menarik pasukan AS dari Suriah, seperti yang terjadi pada Oktober 2019 ketika penarikan pasukan AS memicu ofensif besar-besaran oleh Turki terhadap pasukan Kurdi Suriah. Trump sebelumnya menyebut Suriah sebagai “tanah pasir dan kematian” dan menunjukkan keinginan untuk mengambil pendekatan tidak langsung di kawasan tersebut.

Dengan kembalinya Trump ke Gedung Putih, ketidakpastian tentang peran AS di Suriah semakin meningkat. Pasukan Kurdi khawatir akan terulangnya pengkhianatan seperti yang terjadi pada 2019, ketika Trump memerintahkan penarikan pasukan tanpa memberitahu kepemimpinan SDF.

Pemerintah baru di Suriah yang dipimpin oleh HTS, kelompok teroris yang ditunjuk AS, menambah kompleksitas situasi. Turki, yang didukung oleh dua milisi utama yang memimpin penggulingan Assad, dilaporkan bersiap untuk melakukan serangan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Kurdi.

Dalam situasi ini, pasukan Kurdi Suriah berharap bahwa AS akan terus mendukung mereka untuk mencegah kebangkitan ISIS dan menjaga stabilitas di kawasan tersebut. Mereka menekankan bahwa kehadiran militer AS di lapangan adalah faktor kunci untuk stabilisasi wilayah ini.

Dengan demikian, harapan pasukan Kurdi Suriah untuk dukungan AS di bawah kepemimpinan Donald Trump sangat bergantung pada keputusan strategis yang akan diambil oleh pemerintahan baru, yang masih belum sepenuhnya jelas.