reachfar – Al-Shifa, yang sebelumnya berfungsi sebagai rumah sakit utama Gaza, telah diubah menjadi pusat darurat penyediaan listrik sejak 2022 setelah pembangkit listrik lokal Gaza hancur dalam serangan udara Israel. Fasilitas ini menggunakan generator berbahan bakar yang disuplai melalui bantuan internasional, tetapi tetap bergantung pada jaringan listrik Israel untuk menjaga stabilitas pasokan.
Pemerintah Israel menyatakan pemutusan ini sebagai “tindakan balasan” setelah roket diluncurkan dari Gaza ke wilayah selatan Israel pada Senin (20 Mei 2024). “Kami tidak akan mentolerir serangan terhadap warga kami. Setiap agresi akan dijawab dengan langkah tegas,” ujar Menteri Energi Israel, Eli Cohen.
Dampak Langsung pada Penduduk Gaza
- Layanan Kesehatan Kolaps:
Tiga rumah sakit di Gaza Utara, termasuk Rantai Penyimpanan Vaksin Pusat, dilaporkan kehilangan daya sepenuhnya. “Kami hanya bisa mengandalkan generator selama 3-4 jam sehari. Pasien ICU dan bayi prematur dalam risiko tinggi,” kata perwakilan WHO di Gaza. - Krisis Air Bersih:
70% penduduk Gaza kini kesulitan mengakses air minum layak konsumsi akibat terhentinya operasi pompa air yang bergantung pada listrik. - Komunikasi Terputus:
Menara telekomunikasi utama di Gaza City mati total, mengisolasi warga dari informasi luar.
Respons Otoritas Palestina dan Komunitas Internasional
- Mahmoud Abbas (Presiden Otoritas Palestina):
“Ini adalah kejahatan perang. Israel menggunakan listrik sebagai senjata untuk menghukum populasi sipil.” - António Guterres (Sekjen PBB):
“Pemadaman listrik sengaja di tengah konflik melanggar hukum humaniter internasional. Kami mendesak Israel untuk segera memulihkan pasokan.” - ICRC (Komite Palang Merah Internasional):
Meluncurkan darurat pengiriman generator portabel ke Gaza, tetapi mengaku kewalahan karena blokade Israel membatasi akses logistik.
Upaya Bertahan Warga Gaza
Warga Gaza beralih ke solusi improvisasi:
- Menggunakan panel surya rumahan untuk menyalakan lampu dan alat medis kecil.
- Membakar kayu atau sampah plastik untuk memasak, meski berisiko polusi udara.
- “Kami hidup seperti di abad pertengahan. Listrik hanya mitos,” keluh Ahmed, seorang guru di Khan Younis.
Analisis: Blokade Listrik sebagai Alat Politik
Sejak 2007, Israel memberlakukan blokade ketat atas Gaza, termasuk pembatasan impor bahan bakar dan suku cadang listrik. Hanya 4-6 jam listrik per hari yang bisa diakses warga sebelum pemutusan terbaru. Menurut laporan Amnesty International, Israel sengaja menggunakan krisis energi sebagai alat tekanan politik untuk melemahkan Hamas.
Apa Selanjutnya?
- Israel bersikeras tidak akan memulihkan listrik hingga “serangan roket sepenuhnya berhenti.”
- Mesir berencana mengirimkan generator darurat melalui perbatasan Rafah, tetapi prosesnya terhambat birokrasi.
- Hamas mengancam akan meningkatkan serangan jika tekanan kemanusiaan tidak diatasi.
Pemutusan listrik ke Al-Shifa bukan sekadar konflik energi, tetapi cerminan dari perang asimetris yang memperparah penderitaan warga sipil. Solusi jangka panjang membutuhkan intervensi internasional yang lebih konkret, karena ketergantungan Gaza pada Israel sulit diputus tanpa alternatif berkelanjutan.