reachfar – Sebelum menjadi politisi, Ketua DPR Mike Johnson ternyata memiliki latar belakang yang kontroversial. Johnson pernah bermitra dengan kelompok terapi konversi anti-gay, sebuah praktik yang telah disangkal oleh banyak ahli dan dianggap tidak etis.
Mike Johnson, yang kini menjabat sebagai Speaker of the House, diketahui telah bekerja sama dengan sebuah kelompok yang mempromosikan “terapi konversi” pada era 2000-an. Terapi konversi adalah praktik yang mengklaim dapat mengubah orientasi seksual seseorang dari homoseksual menjadi heteroseksual, meskipun praktik ini telah disangkal oleh banyak organisasi kesehatan mental dan dianggap tidak efektif serta berbahaya.
Johnson, yang saat itu seorang pengacara, memberikan nasihat hukum kepada organisasi bernama Exodus International dan bekerja sama dengan kelompok tersebut untuk menyelenggarakan acara tahunan yang bertujuan untuk mengubah orientasi seksual remaja yang bermasalah dengan seksualitas mereka. Exodus International adalah salah satu pemimpin dalam gerakan “ex-gay” yang menggunakan metode agama dan konseling untuk mencoba mengubah orientasi seksual individu.
Pernyataan ini telah menimbulkan kontroversi besar di kalangan masyarakat dan komunitas LGBTQ+. Banyak yang menilai bahwa keputusan Johnson untuk bekerja sama dengan kelompok tersebut menunjukkan sikap yang tidak toleran terhadap komunitas LGBTQ+ dan menunjukkan bahwa dia tidak mendukung hak-hak dasar minoritas seksual.
Human Rights Campaign (HRC), sebuah organisasi advokasi hak-hak LGBTQ+, mengeluarkan pernyataan yang mengkritik keputusan Johnson untuk memilih Mike Johnson sebagai Speaker of the House. Kelley Robinson, Presiden HRC, menyatakan bahwa “Johnson tidak hanya salah dalam isu-isu hak-hak LGBTQ+, tetapi juga telah terobsesi dengan pembatasan kebebasan dan pembalikan kemajuan selama beberapa dekade.”
Johnson sendiri belum memberikan pernyataan resmi mengenai laporan ini. Namun, banyak yang berharap bahwa dia akan memberikan klarifikasi mengenai perannya dalam kelompok tersebut dan bagaimana hal ini akan mempengaruhi kebijakan dan tindakan yang akan dia ambil sebagai Speaker of the House.
Dengan latar belakang ini, Johnson dihadapkan pada tantangan besar untuk memperbaiki citranya dan menunjukkan bahwa dia dapat memimpin House of Representatives dengan adil dan tanpa diskriminasi terhadap komunitas LGBTQ+.