reachfar – Kemajuan pasukan Rusia di wilayah perbatasan Kursk, yang berbatasan langsung dengan Oblast Sumy (Ukraina), memicu kekhawatiran baru dalam konflik berkepanjangan antara Moskow dan Kyiv. Serangan ini dinilai mengancam wilayah yang selama ini dianggap sebagai “kartu tawar” terakhir Ukraina dalam negosiasi perdamaian — kendali atas koridor logistik dan posisi strategis di perbatasan timur laut.
Latar Belakang: Signifikansi Geopolitik Kursk
Kursk, sebuah oblast di Rusia bagian barat daya, berbatasan dengan Oblast Sumy (Ukraina) dan menjadi titik vital dalam rantai pasokan militer Rusia ke front timur Ukraina. Sejak 2022, Ukraina secara sporadis menyerang wilayah ini untuk mengganggu jalur logistik Rusia menuju kota-kota seperti Belgorod dan Kharkiv. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Rusia justru memperkuat posisi di sekitar Kursk dan melakukan serangan balik ke wilayah Sumy, merebut beberapa desa perbatasan.
Para analis menyebut bahwa kontrol Rusia di sekitar Kursk akan memutus jalur pasokan Ukraina ke garis depan Donbas, sekaligus membuka opsi bagi Moskow untuk mendikte syarat perdamaian dengan menguasai wilayah penyangga strategis.
Perkembangan Militer Terkini
Berdasarkan laporan Institute for the Study of War (ISW), pasukan Rusia telah menguasai 3 desa kunci di Distrik Krasnopillia (Sumy) dalam operasi cepat sejak awal September 2024. Serangan ini didukung oleh artileri berat dan serangan drone yang memaksa pasukan Ukraina mundur 10-15 km dari perbatasan.
Keberhasilan Rusia di sektor ini diyakini akibat kelelahan pasukan Ukraina setelah fokus mempertahankan Kharkiv dan Donetsk. “Mereka [Ukraina] kekurangan amunisi dan personel untuk mempertahankan semua front secara bersamaan,” ujar Mykola Bielieskov, peneliti dari National Institute for Strategic Studies (Kyiv).
Ancaman terhadap Posisi Tawar Ukraina
Koridor Kursk-Sumy selama ini menjadi basis operasi Ukraina untuk melakukan serangan lintas batas yang mengalihkan perhatian Rusia dari front utama. Jika Rusia mengkonsolidasi wilayah ini, Ukraina kehilangan kemampuan untuk:
- Mengganggu jalur logistik Rusia menuju Luhansk.
- Melindungi kota-kota utara seperti Sumy dan Chernihiv dari serangan darat.
- Mempertahankan tekanan psikologis pada populasi Rusia melalui serangan proksimal.
Kehilangan koridor ini juga melemahkan posisi Kyiv dalam negosiasi, karena Moskow bisa menuntut pengakuan kedaulatan atas wilayah yang direbut sejak 2014 sebagai prasyarat gencatan senjata.
Respons Ukraina dan Komunitas Internasional
Presiden Volodymyr Zelensky telah meminta pasokan senjata jarak jauh (seperti ATACMS) dari AS untuk membalas serangan di Kursk. Namun, sekutu Barat terlihat ragu karena khawatir eskalasi. “Kami tidak ingin konflik meluas ke wilayah Rusia,” kata Jake Sullivan, Penasihat Keamanan AS.
Sementara itu, NATO menggelar latihan militer “Steadfast Defender 2024” di Polandia sebagai sinyal dukungan, tetapi belum ada komitmen pengiriman pasukan.
Analisis Strategis: Mampukah Ukraina Merebut Kembali Inisiatif?
Pakar militer Oleh Zhdanov menyoroti dua skenario:
- Jika Barat mempercepat pengiriman F-16 dan amunisi, Ukraina bisa melakukan serangan balik untuk merebut desa-desa yang hilang.
- Jika bantuan tertunda, Rusia mungkin melanjutkan gerak maju ke Sumy, memaksa Ukraina mengalihkan pasukan dari Donbas.
“Ini ujian bagi ketahanan Ukraina dan keseriusan sekutu,” tegas Zhdanov.
Implikasi Jangka Panjang
Kemajuan Rusia di Kursk bukan hanya ancaman militer, tetapi juga politik. Kemenangan simbolis di wilayah perbatasan bisa meningkatkan dukungan domestik Rusia untuk perang, sementara Ukraina berisiko kehilangan momentum diplomatik. Banyak negara Global South mulai mendorong Kyiv untuk berkompromi, mengutip “realitas medan yang berubah”.
Pertarungan di Kursk-Sumy mencerminkan dinamika perang yang semakin kompleks. Bagi Ukraina, mempertahankan wilayah ini bukan sekadar soal teritorial, tetapi juga menjaga kredibilitas sebagai pihak yang mampu memaksa Rusia ke meja perundingan. Tanpa dukungan maksimal dari sekutu, upaya ini mungkin menjadi misi yang mustahil — dan mengubah peta perang secara permanen.