reachfar – Nicaragua kini berada di bawah bayang-bayang kekuasaan mutlak Presiden Daniel Ortega dan istrinya, Rosario Murillo, setelah parlemen yang didominasi oleh Front Sandinista Pembebasan Nasional (FSLN) menyetujui amandemen konstitusi yang memperkuat kekuasaan mereka. Amandemen ini mengangkat Murillo dari posisi wakil presiden menjadi “ko-presiden” dan memperpanjang masa jabatan presiden dari lima menjadi enam tahun.
Amandemen konstitusi yang disetujui pada Jumat (22/11/2024) ini memberikan kekuasaan absolut kepada Ortega dan Murillo. Mereka kini memiliki kontrol penuh atas semua cabang pemerintahan, termasuk legislatif, yudikatif, dan badan pengawas. Amandemen ini juga memungkinkan mereka untuk memantau media dan gereja agar tidak bertindak sesuai dengan “kepentingan asing” dan tidak menyebarkan berita palsu.
Dengan amandemen ini, Ortega dan Murillo akan mengendalikan semua lembaga negara, termasuk badan legislatif, yudikatif, pemilihan umum, pengawasan, dan otonomi daerah. Mereka juga memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat tinggi negara, termasuk hakim dan anggota komisi pemilihan umum.
Reaksi internasional terhadap amandemen ini sangat kritis. Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Türk, menyatakan bahwa perubahan ini menandai erosi lebih lanjut dari cek dan balances kekuasaan eksekutif dan akan mengakhiri kebebasan fundamental serta supremasi hukum di Nicaragua. Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) juga mengecam langkah ini, menyebutnya sebagai upaya untuk memperkuat kontrol mutlak Ortega dan Murillo atas negara tersebut.
Kritikus menyebut amandemen ini sebagai legalisasi kekuasaan absolut yang telah lama dijalankan oleh Ortega dan Murillo. Dora María Téllez, mantan gerilyawan Sandinista yang kini berada di pengasingan, mengatakan bahwa amandemen ini memberikan status konstitusional pada apa yang telah dilakukan secara de facto oleh rezim diktator.
Amandemen ini juga menciptakan polisi sukarela yang terdiri dari warga sipil sebagai badan pendukung dan bantuan bagi pasukan keamanan, serta mendefinisikan Nicaragua sebagai negara “revolusioner” dan sosialis. Negara ini juga mengadopsi bendera merah dan hitam FSLN sebagai simbol nasional.
Ada kekhawatiran bahwa amandemen ini akan membuka jalan bagi suksesi kekuasaan oleh anak-anak Ortega dan Murillo. Laureano Facundo Ortega Murillo, salah satu putra mereka, yang saat ini mengawasi investasi asing, dianggap sebagai calon penerus kekuasaan keluarga ini1.
Dengan amandemen ini, Nicaragua semakin menjauh dari demokrasi dan bergerak menuju rezim otoriter yang menekan kebebasan dan hak-hak dasar warga negara. Masa depan politik Nicaragua kini lebih tidak pasti dan penuh dengan tantangan bagi mereka yang menentang kekuasaan mutlak Ortega dan Murillo.