reachfar – Guru Besar Geopolitik Timur Tengah dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Irfan R. Sofwan, menyatakan bahwa solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina tidak adil bagi Palestina. Pernyataan ini disampaikan dalam seminar internasional yang berlangsung di kampus UGM, yang dihadiri oleh para akademisi, diplomat, dan aktivis kemanusiaan.
Prof. Irfan R. Sofwan mengawali presentasinya dengan menguraikan sejarah konflik Israel-Palestina dan berbagai upaya perdamaian yang telah dilakukan selama beberapa dekade. Menurutnya, solusi dua negara yang sering diusulkan sebagai jalan keluar dari konflik ini memiliki beberapa kelemahan mendasar.
“Solusi dua negara mengandaikan bahwa Palestina dan Israel akan hidup berdampingan dalam dua negara yang terpisah dengan batas-batas yang jelas. Namun, kenyataannya, Israel telah menduduki wilayah Palestina secara ilegal dan terus melakukan ekspansi pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur,” ujar Prof. Irfan.
Prof. Irfan juga menekankan disparitas kekuatan antara Israel dan Palestina. Menurutnya, Israel memiliki keunggulan militer, ekonomi, dan politik yang signifikan dibandingkan dengan Palestina. “Dalam kondisi seperti ini, solusi dua negara hanya akan menguntungkan Israel dan membuat Palestina dalam posisi yang lemah dan tidak berdaya,” tambahnya.
Prof. Irfan mengusulkan beberapa alternatif solusi yang lebih adil bagi Palestina. Salah satunya adalah solusi satu negara dengan hak yang sama bagi semua warga, baik Yahudi maupun Arab. “Solusi satu negara dengan sistem demokrasi yang inklusif dapat menjadi alternatif yang lebih adil, di mana semua warga memiliki hak yang sama tanpa diskriminasi,” ujarnya.
Selain itu, Prof. Irfan juga menekankan pentingnya peran komunitas internasional dalam menciptakan perdamaian yang adil di Timur Tengah. “Komunitas internasional harus lebih aktif dalam menekan Israel untuk menghentikan ekspansi pemukiman dan menghormati hak-hak dasar rakyat Palestina,” katanya.
Pernyataan Prof. Irfan R. Sofwan mendapatkan respons yang beragam dari para peserta seminar. Beberapa peserta menyambut baik analisisnya dan mendukung gagasan solusi satu negara. Namun, ada juga yang merasa bahwa solusi dua negara masih merupakan pilihan yang paling realistis.
Dr. Sarah Johnson, seorang diplomat dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, mengatakan, “Kami menghargai pandangan Prof. Irfan dan akan terus mendukung upaya perdamaian di Timur Tengah. Namun, solusi dua negara tetap menjadi pilihan yang paling banyak didukung oleh komunitas internasional.”
Seminar internasional ini menunjukkan bahwa konflik Israel-Palestina masih menjadi isu yang kompleks dan memerlukan solusi yang adil dan berkelanjutan. Analisis Prof. Irfan R. Sofwan memberikan perspektif baru dan mendorong diskusi lebih lanjut tentang alternatif solusi yang lebih adil bagi Palestina.
Dengan dukungan dari komunitas internasional dan upaya diplomatik yang terus-menerus, diharapkan konflik ini dapat diselesaikan dengan cara yang adil dan menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.