reachfar.org – Seorang warga Kanada, Michael Spavor, telah menceritakan pengalamannya yang mengerikan selama lebih dari 1.000 hari ditahan di penjara China. Dalam sebuah wawancara yang dilakukan setelah pembebasannya, Spavor mengungkapkan bahwa ia mengalami penyiksaan psikologis yang intens, yang menyebabkan trauma mendalam dan dampak jangka panjang pada kesehatannya.
Spavor, yang ditahan pada Desember 2018, merupakan salah satu dari dua warga Kanada yang ditangkap oleh pihak berwenang China dalam apa yang banyak dianggap sebagai tindakan balasan atas penangkapan CFO Huawei, Meng Wanzhou, di Kanada. Selama masa penahanannya, ia menghadapi kondisi yang keras dan perlakuan yang tidak manusiawi, termasuk isolasi yang berkepanjangan dan tekanan mental yang ekstrem.
Dalam wawancara tersebut, Spavor menjelaskan bahwa ia sering kali dipindahkan antara sel-sel yang berbeda dan terpaksa hidup dalam keadaan yang tidak layak. “Ada saat-saat ketika saya tidak tahu apakah saya akan melihat dunia luar lagi. Isolasi membuat saya merasa sangat terasing dan putus asa,” ungkapnya.
Selama masa penahanannya, Spavor mengalami kurang tidur, makanan yang tidak memadai, dan ketidakpastian yang berkepanjangan mengenai masa depannya. “Setiap hari adalah pertarungan untuk mempertahankan kewarasan. Saya merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tidak ada akhirnya,” tambahnya.
Spavor juga mengungkapkan bahwa penyiksaan psikologis yang ia alami jauh lebih merusak daripada fisik. “Ketika Anda dipaksa untuk berhadapan dengan ketidakpastian dan rasa takut setiap hari, itu sangat menghancurkan. Saya merasa dihancurkan secara mental,” kata Spavor.
Ia menjelaskan bahwa tekanan mental yang terus-menerus, termasuk interogasi yang melelahkan dan ancaman, membuatnya merasa tertekan dan putus asa. “Saya sering dipaksa untuk mengakui kesalahan yang tidak saya lakukan. Itu adalah pengalaman yang sangat menakutkan dan melelahkan,” tambahnya.
Selama masa penahanannya, Spavor menerima dukungan dari keluarganya dan pemerintah Kanada yang berjuang untuk kebebasannya. Pemerintah Kanada mengutuk penahanan tersebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan terus mendesak China untuk membebaskannya.
Keluarganya juga secara aktif melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran mengenai situasi yang dihadapi Spavor dan menuntut agar dia diberikan keadilan. “Kami tidak pernah berhenti berdoa dan berharap untuknya. Dia adalah orang yang kuat dan kami percaya dia akan kembali kepada kami,” kata salah satu anggota keluarganya.
Setelah penantian yang panjang dan penuh tantangan, Spavor akhirnya dibebaskan pada awal bulan ini. Saat berbicara tentang kebebasannya, ia mengungkapkan rasa syukur dan lega, tetapi juga merasa berat untuk meninggalkan pengalaman traumatis yang ia alami. “Saya sangat berterima kasih kepada semua orang yang telah mendukung saya. Namun, saya juga tahu bahwa proses penyembuhan akan memakan waktu,” ungkapnya.
Kini, setelah bebas, Spavor bertekad untuk melanjutkan hidupnya dengan lebih baik dan berharap dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi manusia di China. “Saya ingin cerita saya menjadi pengingat bahwa kita tidak boleh melupakan hak asasi manusia. Kita harus berdiri melawan ketidakadilan di mana pun itu terjadi,” kata Spavor dengan penuh semangat.
Pengalaman mengerikan yang dialami oleh Michael Spavor selama lebih dari 1.000 hari di penjara China menunjukkan realitas keras yang dihadapi oleh banyak orang yang terjebak dalam sistem penahanan yang brutal. Dengan keberaniannya untuk berbagi cerita ini, Spavor tidak hanya memberikan suara bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk berbicara. Semoga kisahnya dapat menginspirasi perubahan positif dalam penegakan hak asasi manusia di seluruh dunia.