reachfar – Hanya dalam tiga bulan pertama tahun 2025, Amerika Serikat (AS) mencatat 1.032 kasus campak — angka yang telah melampaui total kasus sepanjang tahun 2024 (921 kasus). Lonjakan drastis ini memicu alarm di kalangan otoritas kesehatan, yang menyebut penurunan cakupan vaksinasi dan peningkatan perjalanan internasional sebagai pemicu utamanya.
Situasi Epidemiologi: Negara Bagian Paling Terdampak
Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) per 31 Maret 2025 menunjukkan:
- Ohio: 287 kasus (tertinggi nasional), terutama di komunitas dengan tingkat vaksinasi MMR (measles, mumps, rubella) di bawah 80%.
- California: 198 kasus, dengan klaster terbesar di Los Angeles County.
- Texas: 145 kasus, termasuk 85 anak di bawah 5 tahun yang belum divaksinasi.
“Kami melihat tren yang mengkhawatirkan. Campak seharusnya bisa diberantas, tetapi penolakan vaksin dan misinformasi terus melemahkan upaya kami,” ujar Dr. Rachel Walters, ahli epidemiologi CDC.
Akar Masalah: Penurunan Vaksinasi dan Faktor Global
Cakupan vaksinasi MMR di AS turun dari 95% (tahun 2020) menjadi 88% pada 2025. CDC menyoroti dua faktor utama:
- Efek Pandemi COVID-19: Banyak orang tua menunda imunisasi rutin anak selama lockdown.
- Gerakan Anti-Vaksin: Propaganda di media sosial yang menghubungkan vaksin MMR dengan autisme kembali marak, meski telah terbantahkan secara ilmiah.
Selain itu, lonjakan kasus campak di Eropa dan Asia turut berkontribusi. Sebanyak 23% kasus di AS dilaporkan tertular dari wisatawan asing atau warga yang baru kembali dari luar negeri.
Respons Pemerintah dan Tantangan di Lapangan
Departemen Kesehatan AS telah menggelar program vaksinasi darurat di 15 negara bagian. Di Ohio, klinik keliling didirikan untuk menjangkau komunitas pedesaan. Namun, resistensi masih tinggi. “Saya tidak percaya pemerintah. Mereka menyembunyikan efek samping vaksin,” kata Sara Mitchell (32), ibu dua anak di Columbus, Ohio.
Dr. Alan Greene, dokter anak di Rumah Sakit Anak Boston, mengingatkan bahaya campak: “Virus ini 10 kali lebih menular daripada COVID-19. 1 dari 5 pasien anak perlu dirawat inap, dan komplikasi seperti ensefalitis bisa mematikan.”
Perbandingan Historis dan Proyeksi
AS terakhir kali mengalami wabah campak besar pada 2019 dengan 1.274 kasus. Jika laju infeksi saat ini terus berlanjut, 2025 berpotensi memecahkan rekor tersebut. “Kami di jalur yang salah. Butuh kerja sama semua pihak untuk memutus rantai penularan,” tegas Dr. Walters.
Imbauan untuk Masyarakat
CDC merekomendasikan:
- Orang tua segera memeriksa status vaksin anak.
- Wisatawan internasional memastikan vaksinasi sebelum bepergian.
- Institusi pendidikan melaporkan gejala campak (demam tinggi, ruam) ke dinas kesehatan.
Dengan musim panas mendatang — periode puncak perjalanan — ancaman penyebaran campak kian nyata. Tanpa intervensi masif, AS berisiko kehilangan statusnya sebagai negara “bebas campak endemik” yang diraih pada tahun 2000.