reachfar – Maraknya penggunaan obat penurun kolesterol (seperti statin) tanpa resep atau pengawasan dokter memicu kekhawatiran para ahli. Praktik swamedikasi ini dinilai berisiko memicu efek samping serius, mulai dari kerusakan hati, gangguan otot, hingga komplikasi ginjal. Peringatan ini disampaikan sejumlah dokter menyusul tren masyarakat yang mengonsumsi obat kolesterol hanya berdasarkan sediaan di apotek atau rekomendasi non-medis.
Efek Samping yang Mengintai
Dr. Aulia Sani, SpJP(K), ahli jantung dari RS Harapan Kita Jakarta, menjelaskan bahwa obat kolesterol seperti statin memiliki mekanisme kerja spesifik yang harus disesuaikan dengan kondisi pasien. “Tidak semua orang cocok dengan dosis atau jenis yang sama. Konsumsi sembarangan bisa memicu rhabdomyolysis (kerusakan otot), peningkatan enzim hati, bahkan risiko stroke hemoragik pada pasien tertentu,” tegasnya saat diwawancarai pada Kamis (18/7/2024).
Data Kementerian Kesehatan (2023) mencatat, 23% kasus gagal ginjal akut di Indonesia dipicu oleh penyalahgunaan obat tanpa resep, termasuk obat kolesterol. Gejala awal keracunan obat ini sering diabaikan, seperti nyeri otot, lemas berkepanjangan, atau urine berwarna gelap.
Kasus Nyata: Pasien Alami Gagal Hati Akut
Sebuah laporan dari RSUD Cipto Mangunkusumo Jakarta mencatat kasus pasien berinisial AR (52) yang dirawat intensif akibat mengonsumsi obat kolesterol generik selama 3 bulan tanpa pemeriksaan dokter. “Pasien datang dengan kadar enzim hati 10 kali lipat di atas normal. Jika terlambat ditangani, bisa berakibat transplantasi hati,” ujar Dr. Nurul Ratna, SpPD-KGEH, spesialis penyakit dalam.
Faktor Pemicu Swamedikasi
- Iklan Obat Bebas: Banyak iklan di media massa yang menyederhanakan klaim penurunan kolesterol tanpa menyebut risiko.
- Akses ke Apotek: Pembelian obat golongan keras masih mudah di apotek tanpa resep.
- Edukasi Minim: Masyarakat kurang memahami bahwa kolesterol tinggi memiliki jenis dan penyebab berbeda (LDL, HDL, trigliserida), sehingga penanganannya pun harus spesifik.
Solusi dan Rekomendasi Medis
- Pemeriksaan Berkala: Lakukan cek darah lengkap (lipid profil) setiap 6 bulan bagi yang berisiko (obesitas, riwayat keluarga).
- Terapi Personalisasi: Dokter akan menentukan jenis obat (statin, ezetimibe, atau kombinasi) berdasarkan hasil lab dan riwayat pasien.
- Pola Hidup Sehat: Diet rendah lemak jenuh, olahraga teratur, dan hindari rokok sebagai langkah utama sebelum terapi obat.
Tabel Risiko vs Solusi
Bahaya Konsumsi Sembarangan | Tindakan Pencegahan |
---|---|
Kerusakan hati & ginjal | Konsultasi dokter sebelum minum obat |
Interaksi dengan obat lain (misal: antidepresan) | Beri tahu dokter tentang riwayat pengobatan |
Hiperglikemia (naiknya gula darah) | Pantau kadar gula darah secara rutin |