reachfar – Sebuah serangan bunuh diri mengakibatkan korban jiwa besar di Pangkalan Militer Pakistan di Distrik Bannu, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, pada Selasa (4/3). Kelompok militan Tehreek-e-Jihad Pakistan (TJP)—afiliasi lokal Taliban—mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 12 orang (termasuk 8 tentara dan 4 warga sipil) serta melukai 30 orang lainnya.
Kronologi Serangan
Menurut laporan militer, dua pelaku bom bunuh diri meledakkan diri setelah berhasil menerobos dinding perimeter pangkalan. Ledakan pertama terjadi di gerbang utama, disusul serangan tembakan sporadis dari militan bersenjata. Pasukan keamanan berhasil menembak mati 6 teroris dalam baku tembak selama 3 jam 5.
Respons Otoritas
Juru bicara Angkatan Darat Pakistan menyebut serangan ini sebagai “aksi teroris pengecut” yang bertujuan mengganggu stabilitas keamanan. Operasi pembersihan masih berlangsung untuk mengidentifikasi jaringan pendukung pelaku.
Profil Kelompok TJP
TJP merupakan kelompok baru yang muncul pada awal 2025 dan telah melakukan 5 serangan mematikan dalam dua bulan terakhir, termasuk pembunuhan 23 tentara di pos militer pada Desember 2023 27. Analis menyebut kelompok ini mendapat pendanaan dan pelatihan dari jaringan teroris transnasional di perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Dampak dan Reaksi
- Pasar saham Pakistan anjlok 1,8% akibat kekhawatiran eskalasi kekerasan.
- AS dan PBB mengutuk serangan ini, mendesak kerja sama regional untuk memerangi terorisme.
Latar Belakang Keamanan
Serangan ini memperpanjang daftar kekerasan di wilayah barat laut Pakistan, yang menjadi hotspot konflik sejak 2024. Sebanyak 178 serangan teroris tercatat di Khyber Pakhtunkhwa dalam 12 bulan terakhir, dengan korban jiwa melebihi 400 orang.
Pernyataan Taliban Afghanistan:
Melalui saluran telegram, Taliban menyatakan “tidak terlibat” dalam serangan ini tetapi menyerukan dialog antara pemerintah Pakistan dan kelompok oposisi.
Prospek Ke Depan
Pakar keamanan memprediksi peningkatan operasi militer Pakistan di wilayah perbatasan. Namun, efektivitasnya diragukan akibat minimnya koordinasi dengan pemerintah Afghanistan dalam memutus alur logistik teroris.